AHOK SI PENDOBRAK KEBIASAAN DI INDONESIA

BERITA24+--Cagub DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menggunakan cara yang lain dari biasanya dilakukan oleh para cagub2 di Indonesia.Ahok melakukan penggalangan dana dari masyarakat yang mendukungnya dan tidak mau meminta bantuan dana dari para pengusaha karena takut kontrak politik.

Seperti kita ketahui tidak ada makan siang gratis bagi para politisi dan pengusaha.Istilah orang awam,kencing aja bayar jadi mana ada yang gratis di Jakarta.
 Ahok optimistis dana kampanyenya untuk Pilgub DKI 2017 bisa menembus angka Rp 60 miliar pada akhir tahun nanti. Meski terkumpul hingga puluhan miliar jumlahnya, Ahok justru menyebut pengeluaran dana kampanyenya paling hemat sepanjang sejarah penyelenggaraan Pilkada di DKI.

"Sampai akhir tahun bisa dapat Rp 60 miliar," kata Ahok seusai blusukan di Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (21/12/2016).

Bukan tanpa alasan Ahok berani memasang target Rp 60 miliar di akhir tahun. Menurutnya, setiap hari masih banyak orang yang ikut serta dalam 'Kampanye Rakyat'. Selain itu, uang yang terkumpul dari gala dinner juga tidak sedikit, bahkan bisa mencapai hingga Rp 5 miliar.

"Karena kan tiap hari orang datang ke bank setor, ada di mal juga, setor transfer juga berjalan. Makanya saya sudah menolak gala dinner karena agak kencang duitnya bisa Rp 2 miliar hingga Rp 5 miliar," papar cagub nomor urut 2 itu.

Ahok juga memaparkan, pengeluaran Rp 6 miliar yang sudah dikeluarkan oleh tim kampanyenya tidak termasuk pengeluaran kampanye yang dilakukan oleh partai politik (parpol). Sebab menurutnya, kampanye yang dilakukan oleh parpol menggunakan dana dari mereka sendiri.

"Partai-partai politik ternyata jalan sendiri pakai duit sendiri. Kita juga sampai hari ini baru habisin Rp 6 miliar. Hemat ini,menurut saya ini sesuatu yang baru dalam sejarah (kampanye),terhemat di Pilkada DKI Jakarta," terang Ahok.

Mantan Bupati Belitung Timur itu juga merasa senang dengan kenyataan bahwa pasangan Ahok-Djarot adalah pasangan dengan dana kampanye terbanyak. Apalagi sebagian besar dana kampanye mereka berasal dari warga yang ikut menyumbang.

"Berarti teori kita, partisipasi publik itu betul ada. Itu yang saya yakin. Dulu kan ada stigma yang mau jadi pejabat harus keluar uang, sekarang kita patahkan stigma itu," tutupnya.